Halaqah 176: Ahlu Sunah Mengikuti Wasiat Rasulullah (Bagian 1)

Halaqah yang ke-176 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Bagaimana aqidah Ahlus Sunnah terhadap atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para Salaf.

Beliau mengatakan rahimahullah:

وَاتِّبَاعُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللهِ ـ صلى الله عليه وسلم

“Dan cara mereka adalah mengikuti wasiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.”

Dan yang dimaksud dengan wasiat adalah janji untuk melakukan perkara yang penting, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berwasiat kepada kita.

Ini hadīts ‘Irbath bin Sariyah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan juga yang lain, dimana saat itu Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan mau’idzah kepada para sahabat.

وعَظَنَا رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْعِظَةً وجِلَتْ منها القلوبُ، وذَرَفَتْ منها العيونُ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan mau’idzah yaitu nasihat yang isinya adalah Targhib dan juga Tarhib dorongan untuk melakukan dan menakut-nakuti dari sesuatu, mengingatkan dari sesuatu kejelekan

مَوْعِظَةً باللغتين

Mau’idzah yang sangat dalam yang menyentuh hati kami, sehingga menjadikan hati kami takut dan menjadikan mata kami berlinang air mata.

فقلنا

Kemudian kami mengatakan Ya Rasulullah

كأنها موعظةُ مودِّع

“Wahai Rasulullah sepertinya ini adalah nasihat orang yang ingin berpisah.”

Terlihat dari ucapan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, apa yang Beliau shallallahu 'alaihi wasallam ucapkan seakan-akan itu adalah ucapan orang yang akan berpisah selama-lamanya. Dan berpisah dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentunya ini adalah perkara yang berat bagi orang-orang semisal para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka merasakan hidup yang sangat tenang, hidup yang sangat terang benderang, setelah diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, berpisah dengan beliau adalah sesuatu yang sangat berat.

Akhirnya mereka mengatakan:

أوصنا

“Berikanlah kami nasihat!”

Orang yang mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam untuk memberikan wasiat yang mereka pegang erat-erat meskipun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah meninggal dunia. Mereka ingin tetap hidup dalam keadaan jelas dalam keadaan terang meskipun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, karena meninggalnya Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah suatu keharusan

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap jiwa akan merasakan kematian.

Sehingga mereka pun meminta wasiat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka harusnya kita memperhatikan wasiat ini supaya hidup kita menjadi jelas, supaya hidup kita menjadi terang, apapun yang terjadi kita tahu dan mengerti apa yang harus kita lakukan. Menjadi orang kaya menjadi orang yang miskin, menjadi orang yang mudah urusannya, menjadi orang yang agak susah urusannya. Kalau kita kembali kepada Sunnah semua ada pertunjuknya. Tinggal kita menjalankan saja.

Apa nasihat Beliau shallallahu 'alaihi wasallam

حَيثُقَالَ

Ketika Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan:

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيْينَ مِنْ بَعْدِي

Ini wasiat Beliau shallallahu 'alaihi wasallam!

“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku”.

Ini wasiat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk kita semuanya. Yang pertama kali mendengarnya adalah para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum.

‘Alaikum (عَلَيْكُمْ) artinya adalah berpegang teguhlah kalian, berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah atsar Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, jalan hidup Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, baik berupa ucapan maupun perbuatan ataupun taqrīr. Dan masuk di dalam sunnah Beliau shallallahu 'alaihi wasallam Hadīts maupun Al-Qur’an, karena itulah jalan hidup Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang tertuang di dalam Al-Qur’an

كان خُلُقُه القُرآنَ

sebagaimana ucapan Aisyah “Akhlak Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah Al-Qur’an”, karena Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an, kalau ingin melihat apa yang ada di dalam Al-Qur’an lihatlah apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, karena itu adalah pelaksanaan dan praktik dari apa yang ada di dalam Al-Qur’an كان خُلُقُه القُرآنَ.

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ

“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku”.

Berbeda antara berpegang dan berpegang teguh, berpegang teguh maksudnya adalah berpegang kuat, teguh bukan hanya sekedar berpegang atau menempelkan tangan tapi dia berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, meskipun sebagian manusia berusaha untuk melepaskan kita dari sunnah tadi, menggeret kita dari belakang supaya kita menjauh dari sunnah tadi tapi tetap kita pegang, kita tidak ingin terlepas dari sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apapun keadaannya. Ini namanya berpegang teguh!

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ

Dan ini adalah jalan keselamatan, ingin selamat sepeninggal Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka hendaklah kita berpegang teguh dengan sunnah Beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang sudah Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tinggalkan dalam keadaan yang sangat terang benderang.

تَرَكْتُكُمْ عَلَى المَحجّةُ الْبَيْضَاءِ ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لا يَزِيغُ عَنْهَا إِلاَّ هَالِكٌ

Aku telah tinggalkan kalian di atas sesuatu yang putih (yang sangat bersih saking putihnya saking terangnya) malamnya seperti siang, biasanya malam itu gelap, siang itu terang, tapi saking putihnya malamnya seperti siangnya. Berarti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah sesuatu yang jelas bukan sesuatu yang rumit dipahami seperti ilmu kalam misalnya atau ilmu falsafah.

Bagi orang yang ingin kebaikan (kebenaran) di saat dia mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengerti aqidah yang benar, mengenal agama ini dengan baik tanpa dia mempelajari apa yang dinamakan dengan ilmu filsafat atau manthiq atau ilmu kalam.

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ

“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku!”.

Sekali lagi, tidak mungkin seseorang bisa mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah kalau dia tidak mau belajar, harus dia belajar.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url