Halaqah 173: Aqidah Ahlu Sunah terhadap Atsar Rasulullah dan Para Salaf

Halaqah yang ke-173 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Dan insya Allah pada kesempatan kali ini kita akan masuk pada bagaimana aqidah ahlussunnah terhadap atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam dan juga para Salaf. Beliau mengatakan rahimahullah

ثُمَّ مِنْ طَرِيقَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ

kemudian yaitu diantara jalan dan juga aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, مِنْ طَرِيقَةِ diantara jalan maksudnya adalah diantara cara ahlissunnah Wal Jama’ah yaitu cara mereka didalam beragama, Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka adalah al-firqatun najiyah yang dikabarkan tentang selamatnya mereka dari perpecahan dan selamatnya mereka dari neraka, di sini beliau berbicara di antara cara Ahlussunnah Wal Jama’ah yaitu di antara cara beragama mereka, bagaimanakah cara beragama mereka sehingga mereka mendapatkan busyro dan kabar gembira dari Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam maka Inilah yang harus kita tiru, bagaimana cara beragamanya Ahlussunnah Wal Jama’ah

اتِّبَاعُ آثَارِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم

cara beragama mereka adalah dengan ittiba’ (mengikuti) atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam, dan atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam artinya adalah apa yang ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam apa yang dinukil dari Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam baik berupa ucapan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam atau perilaku Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam atau taqrir dan persetujuan-persetujuan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam, karena terkadang Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam tidak berucap tidak mengamalkan tapi Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam menyetujui apa yang dilakukan di depan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam tidak ada pengingkaran, kalau itu adalah sesuatu kemungkaran niscaya sudah diingkari oleh Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam tapi Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam tidak mengingkarinya maka persetujuan ini menunjukkan ini juga termasuk atsar termasuk sunnah Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam sehingga disana ada sunnah qauliyah ada sunnah fi’liyah ada sunnah taqririyah semuanya ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam.

Cara beragamanya ahlussunnah adalah ittiba’ (mengikuti) apa yang dinukil dari Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam baik berupa ucapan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam perbuatan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam ataupun taqrir Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam, ini cara Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka bukan orang yang di dalam beragama mengikuti nenek moyang bukan orang yang di dalam beragama mereka mendahulukan akal tapi mereka adalah ketika mereka beragama Islam maka cara mereka beragama adalah ittiba’ (mengikuti) apa yang dinukil dari Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam.

Jadi di sini yang dimaksud dengan atsar Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam di sini adalah sunnah Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam dan sunnah Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam bisa berupa ucapan atau perbuatan atau taqrir mereka mengikuti, artinya mengikuti menjadikan sunnah Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam sebagai imam, mereka di belakangnya, menjadikan Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam sebagai Imam mereka dan pemimpin mereka yang mereka mengikuti di belakang Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam dan berjalan di belakang Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam. Ini namanya ittiba’, Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam ke kanan kita ikut ke kanan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam ke kiri kita ikut ke kiri Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam melakukan kita ikut melakukan Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam meninggalkan kita meninggalkan itu namanya ittiba’ ini cara ahlussunnah wal jama’ah.

Dan mungkinkah seseorang ittiba’ tanpa dia mengetahui? jawabannya tidak mungkin, bagaimana kita bisa mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam bagaimana kita bisa menghidupkan sunnah Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam dan mengikuti sunnah Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam baik berupa ucapan perbuatan maupun taqrir kalau kita tidak mengetahui atsar tersebut kita tidak mengetahui sunnah tersebut, berarti di sini isyarat bahwasanya Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka adalah orang yang rajin mempelajari apa yang dinukil dari Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam mempelajari sunnah Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam dan itulah yang terjadi.

Ketika mereka punya kehendak punya azam untuk mengikuti dan menghidupkan sunnah Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam dalam kehidupan mereka sehari-hari mendorong mereka untuk mempelajari agama Allah subhanahu wata'ala dan memang itulah yang menjadi kenyataan kita lihat bahwasanya Ahlussunnah Wal Jama’ah dimanapun mereka berada kita lihat mereka adalah orang yang paling semangat di dalam menuntut ilmu atsar, baik yang laki-lakinya maupun yang wanitanya baik yang mudanya maupun yang sudah tua bahkan yang anak-anak kecil sekalipun, bagaimana semangat mereka untuk menghafal Al-Qur’an untuk menghafal hadits Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam semangat untuk menghadiri majelis ilmu ada yang datang dari tempat yang jauh 4 jam mungkin datang ke sebuah tempat hanya ingin mendengarkan ceramah selama satu jam, ada yang menyeberangi laut untuk menghadiri dan untuk menuntut ilmu mempelajari agama Allah subhanahu wata'ala.

Sehingga di mana-mana kajian mereka adalah kajian yang paling ramai dan paling istiqomah diikuti oleh manusia, ini adalah fadhlullah ini adalah karunia dan anugerah yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada mereka karena mereka ingin mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam sehingga tidak mungkin untuk mengikuti kecuali dengan ilmu akhirnya merekapun berbondong-bondong bersama-sama menggali dan mempelajari agama Allah subhanahu wata'ala, ini adalah cara Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Sehingga tidak heran kalau ada diantara mereka yang khutthab hafidz ada diantara mereka yang hafal ribuan hadits Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam ada di antara mereka yang ahli dalam masalah fiqih muamalah ada di antara yang ahli dalam aqidah ada yang ahli dalam fiqih ibadah, dikumpulkan oleh kecintaan terhadap agama Allah subhanahu wata'ala. Ini Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka adalah orang-orang yang mengikuti atsar Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam bukan menyelisihi tapi mengikuti, Allah subhanahu wata'ala mengatakan

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ

Katakanlah kalau kalian benar-benar cinta kepada Allah subhanahu wata'ala maka hendaklah kalian mengikuti aku (perintah dari Nabi shallallahu 'alaiihi wasallam), cinta kepada Allah subhanahu wata'ala ikutilah aku, maka Allah subhanahu wata'ala akan mencintai kalian dan Allah subhanahu wata'ala akan mengampuni dosa kalian.

Orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam maka dia mendapatkan dua keutamaan sebagaimana dalam ayat ini, pertama Allah subhanahu wata'ala akan mencintainya, oleh karena itu Ahlussunnah Wal Jama’ah karena ittiba’nya mereka terhadap Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam maka turun kepada mereka kecintaan Allah subhanahu wata'ala orang yang ingin dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala maka hendaklah dia mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam, kemudian yang kedua orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam maka akan diampuni dosanya, bagi orang yang merasa dahulunya banyak dosa banyak maksiat jauh dari Allah subhanahu wata'ala ingin diampuni dosanya oleh Allah subhanahu wata'ala kembalilah kepada agama Allah subhanahu wata'ala yang benar ikutilah Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam dengan baik

فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ

Ikutilah aku, Allah subhanahu wata'ala akan mengampuni dosa kalian dan mencintai kalian, ittiba’urrasul adalah keberkahan tersendiri akan menjadi sebab seseorang diampuni oleh Allah subhanahu wata'ala.

Dan tentunya Ahlussunnah Wal Jama’ah di dalam masalah ittiba’ur Rasul shallallahu 'alaiihi wasallam mereka bertingkat-tingkat tidak bisa kita pukul rata, mereka bertingkat-tingkat ada di antara mereka yang ittiba’nya luar biasa terhadap Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam dan ada di antara mereka yang sedang dan ada di antara mereka yang kurang, cuma mereka adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah, mungkin ada di antara mereka yang melakukan kemaksiatan tapi di dalam hati mereka prinsip dasar agama mereka adalah mengikuti Rasul shallallahu 'alaiihi wasallam, jadi mereka pun bertingkat-tingkat ada di antara mereka yang ittiba’nya sangat tinggi dan ada antara mereka yang ittiba’nya sedang dan ada di antara mereka yang kurang.

Sesuai dengan kadar ittiba’nya maka disitulah kecintaan Allah subhanahu wata'ala, orang yang semakin dia mengikuti Rasul shallallahu 'alaiihi wasallam tentunya semakin dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala semakin dia mengikuti Rasul shallallahu 'alaiihi wasallam maka semakin banyak maghfirah yang akan dia terima dari Allah subhanahu wata'ala, didalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala mengatakan

وٱتبعوه لعلكم تهتدون

Hendaklah kalian mengikuti dia yaitu mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam semoga kalian mendapatkan hidayah, ingin hidayah ingin petunjuk dari Allah subhanahu wata'ala ingin dibukakan jalan kehidupannya ingin diterangi kehidupannya maka jalannya adalah ittiba’ur Rasul

وٱتبعوه

Hendaklah kalian mengikuti Beliau shallallahu 'alaiihi wasallam

لعلكم تهتدون

supaya kalian mendapatkan petunjuk, keluar dari kegelapan keluar dari kebingungan menuju alam yang terang benderang dengan sebab mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam, orang yang masih berada di luar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam yakin bahwasanya kehidupannya akan menjadi kehidupan yang gelap dan tidak mengenakkan, balasan bagi orang yang melenceng dari sunnah Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam hidup di dalam kegelapan, kegelapan di atas kegelapan.

Adapun orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam maka mengikuti cahaya, jadi jelas semua bagi orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam mana yang haq dan mana yang bathil jelas sekarang, ini adalah perkara yang benar karena sesuai dengan sunnah dan ini adalah perkara yang salah karena dia tidak sesuai dengan sunnah, sebelumnya mungkin dia bingung mau dikatakan salah ternyata si fulan kok yang di ulama kan ternyata dia mengamalkan, mau dikatakan benar ternyata tidak ada dalilnya, orang masih bingung ketika dia tidak mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaiihi wasallam.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url