Halaqah 149: Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Para Sahabat (Bagian 4 – Tingkatan Derajat Sahabat)

Halaqah yang ke-149 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Beliau mengatakan diantara bentuk tingkatan yang Allah subhanahu wata'ala sebutkan yang harus kita terima dan harus kita imani

وَيُفَضِّلُونَ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ

maka mereka mendahulukan dan meyakini keutamaan orang yang berinfaq sebelum al-fath

وَهُوَ صُلْحُ الْحُدَيْبِيَةِ

dan yang dimaksud dengan al-fath (pembukaan) disini adalah yaitu perdamaian/perjanjian hudaybiyah, karena disana ada Fathu Makkah yaitu terjadi pada tahun 8 Hijriah adapun perjanjian hudaybiyah ini adalah terjadi pada tahun ke 6, dan yang dimaksud dengan al-fath disini bukan Fathu Makkah yang terjadi pada tahun 8 Hijriah tapi maksudnya adalah fath yang terjadi pada tahun ke-6 yaitu dengan adanya perjanjian hudaybiyah karena setelah itu hikmah Allah subhanahu wata'ala menunjukkan tentang bagaimana Allah subhanahu wata'ala memberikan kemudahan yang banyak kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para sahabatnya, inilah yang dimaksud dalam Firman Allah subhanahu wata'ala

إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحٗا مُّبِينٗا ١
[Al-Fath]

Sesungguhnya Kami telah membuka untukmu pembukaan yang jelas.

Setelah perjanjian hudaybiyah pada tahun ke 6, dan diantara isi perjanjian tersebut adalah tidak saling menyerang selama 10 tahun maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para sahabatnya gencar untuk berdakwah di jalan Allah subhanahu wata'ala sehingga kaum muslimin yang saat itu pada tahun ke 6 Hijriah jumlahnya adalah sangat sedikit, yang ikut bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat itu saja di Makkah sekitar 1400 orang tapi ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang pada tahun 8 H dua tahun setelahnya yang masuk ke kota Makkah saat itu ada sekitar 10.000 orang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan ternyata setelah perjanjian hudaybiyah ini hikmah Allah subhanahu wata'ala ternyata orang-orang Quraisy mereka membatalkan/melanggar perjanjian hudaybiyah dan akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajak bpara sahabatnya untuk membuka kota Makkah, inilah yang dimaksud dengan al-fath.

Orang yang berinfaq diantara para sahabat sebelum tahun ke 6 H yaitu sebelum perjanjian hudaybiyah (bulan Dzulqa’dah), orang yang berinfaq sebelum terjadinya perjanjian hudaybiyah

وَقَاتَلَ

dan dia berperang sebelum perjanjian hudaybiyah mereka lebih afdhol

عَلَى مَنْ أَنْفَقَ مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلَ

daripada orang yang berinfaq setelah perjanjian hudaybiyah, yaitu maksudnya adalah dia masuk Islam setelah perjanjian hudaybiyah dan dia berperang setelah perjanjian hudaybiyah, maka orang yang sudah masuk Islam sebelumnya dan dia berinfaq dan dia berperang sebelum perjanjian hudaybiyah maka ini lebih afdhal daripada sahabat yang masuk Islam setelah perjanjian hudaybiyah berinfaq dan juga berperang, dalilnya berdasarkan Firman Allah subhanahu wata'ala

لَا يَسۡتَوِي مِنكُم مَّنۡ أَنفَقَ مِن قَبۡلِ ٱلۡفَتۡحِ وَقَٰتَلَۚ

Tidak sama diantara kalian orang yang berinfaq sebelum al-fath dan dia berperang

أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡظَمُ دَرَجَةٗ

mereka ini lebih besar pahalanya

مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَقَٰتَلُواْۚ

daripada orang yang berinfaq setelah perjanjian hudaybiyah dan mereka berperang, kemudian Allah subhanahu wata'ala menegaskan

وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ

dan masing-masing dari mereka baik yang masuk Islam sebelum perjanjian hudaybiyah ataupun yang setelahnya masing-masing dari mereka Allah subhanahu wata'ala janjikan dengan husna (surga), para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum dijanjikan dengan al-husna

وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١٠
[Al-Hadid]

dan Allah subhanahu wata'ala mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Maka ketika mereka membaca ternyata Allah subhanahu wata'ala mengabarkan tentang berbedanya tingkatan dan derajat diantara para sahabat maka kita pun menerima, berarti kita meyakini menerima bahwasanya para shahabat mereka bertingkat-tingkat.

وَيُقَدِّمُونَ الْمُهَاجِرِينَ عَلَى الأَنْصَارِ

Dan mereka mendahulukan orang-orang Muhajirin dibandingkan Anshar, orang Muhajirin lebih afdhal daripada Anshar, mereka berdalil karena di dalam Al-Qur’an ketika Allah subhanahu wata'ala menyebutkan tentang Muhajirin dan Anshar senantiasa Allah subhanahu wata'ala mendahulukan Muhajirin sebelum Anshar

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ

لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ

kemudian baru mengatakan

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ

Muhajirin terlebih dahulu kemudian disebutkan Anshar

Sehingga dari sini para ulama menyebutkan bahwasanya Muhajirin ini lebih afdhal daripada al-Anshar karena kaum Muhajirin mereka mengumpulkan antara hijrah dengan nushrah, sehingga dalam ayat tadi

لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٰلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ
[Al-Hasyr:8]

mereka mengumpulkan antara hijrah dengan dan menolong Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, adapun Anshar maka mereka memiliki keutamaan nushrah (menolong) tetapi tidak memiliki keutamaan hijrah, sehingga yang memiliki dua keutamaan hijrah dan juga nushrah tentunya lebih utama daripada yang hanya memiliki satu keutamaan, masing-masing dari mereka Allah subhanahu wata'ala janjikan dengan kebaikan sebagaimana dalam ayat

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ

Allah subhanahu wata'ala ridha dengan mereka dan merekapun ridha kepada Allah subhanahu wata'ala

وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
[At-Taubah:100]

dan Allah subhanahu wata'ala menyediakan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

وَيُؤْمِنُونَ بِأَنَّ اللهَ قَالَ لأَهْلِ بَدْرٍ

Dan ahlussunnah wal jama’ah mereka beriman bahwasanya Allah subhanahu wata'ala berkata kepada ahlu Badr, ini masih berbicara tentang sikap ahlussunnah wal jama’ah terhadap para sahabat, mereka beriman bahwasanya Allah subhanahu wata'ala telah berkata kepada Ahlu Badr, mereka adalah para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ikut berperang di perang Badr

وَكَانُوا ثَلاثَ مِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشَرَ

dan jumlah mereka saat itu adalah tiga ratus belasan, Allah subhanahu wata'ala telah berkata kepada mereka (terdiri dari kaum Muhajirin dan juga Anshar termasuk diantaranya adalah Abu Bakr dan juga Umar) yang saat itu terjadi peperangan antara kaum muslimin yang jumlahnya sekitar 300 lebih melawan orang-orang musyrikin yang jumlahnya seribuan, kaum muslimin jumlah yang sedikit dan mereka tidak memiliki persiapan yang sempurna untuk berperang karena saat itu tujuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para sahabat yang bersama Beliau shallallahu 'alaihi wasallam saat itu bukan untuk berperang tapi ingin menghadang Abu Sufyan yang membawa hartanya orang-orang Quraisy dari Syam, ternyata Abu Sufyan mengirimkan utusan ke Makkah dan minta pertolongan, datanglah 1000 orang musyrikin dengan perlengkapan yang lengkap dan jumlah yang besar akhirnya terjadilah apa yang Allah subhanahu wata'ala inginkan.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para sahabat yang jumlahnya 300an lebih melawan 1000 orang, sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat itu ketika malam sebelum terjadinya perang Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala meminta kepada Allah subhanahu wata'ala menolong dan menurunkan pertolongannya dan Alhamdulillah Allah subhanahu wata'ala mengabulkan dan Allah subhanahu wata'ala memenangkan kaum muslimin, jumlah yang sangat sedikit dengan perlengkapan yang sederhana seadanya melawan 1000 orang dengan perlengkapan yang luar biasa maka tidaklah mengikuti perang tersebut kecuali orang-orang yang memiliki keimanan yang besar keyakinan yang kuat sehingga Allah subhanahu wata'ala pun memberikan keutamaan kepada Ahlu Badr, Allah subhanahu wata'ala mengatakan (hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim)

اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ

Silahkan kalian mengamalkan apa yang kalian inginkan (wahai ahlu Badr) karena Aku telah mengampuni kalian, ini menunjukkan kalau seorang tersebut adalah Badriy (seseorang yang mengikuti Perang Badar), biasanya disebutkan dalam biografi seorang sahabat yang mengikuti perang Badr beliau adalah badriyyun yaitu mengikuti perang Badr disebutkan karena disana ada keutamaan khusus, Allah subhanahu wata'ala mengatakan silahkan kalian melakukan sesuai dengan kehendak kalian Aku telah mengampuni dosa kalian, dan seandainya ada diantara mereka yang melakukan dosa dan ini sesuatu yang mungkin karena mereka para sahabat yang manusia biasa yang niscaya dosa yang mereka lakukan ini mungkin diikuti dengan taubat yang nasuha atau mereka memiliki amalan yang besar yang dengannya Allah subhanahu wata'ala mengampuni dosa yang dia lakukan, dan cukuplah mereka mengikuti perang Badr itu merupakan amalan yang besar yang mereka lakukan karena Allah subhanahu wata'ala.

Dan ini menunjukkan bahwasanya mereka Ahlu Badr tersebut mereka adalah orang-orang yang memiliki keutamaan diampuni dosanya oleh Allah subhanahu wata'ala selain mereka adalah secara umum para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dijanjikan dengan husna oleh Allah subhanahu wata'ala. Kemudian

وَبِأَنَّهُ لاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ

Dan ahlussunnah mereka beriman bahwasanya tidak akan masuk kedalam neraka seorangpun yang mereka membai’at dibawah pohon, dan yang dimaksud adalah ashabu bai’atir ridhwan mereka adalah para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mengikuti bai’atur ridhwan yaitu bai’at yang terjadi sebelum perjanjian hudaybiyah dimana saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para sahabatnya terdengar berita bahwasanya Utsman bin Affan dibunuh oleh orang-orang Quraisy, sehingga mereka membai’at Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mati, maka disana ada keutamaan yang disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

لاَ يَدْخُلُ النَّارَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ أَحَدٌ الَّذِينَ بَايَعُوا تَحْتَهَا

Tidak akan masuk ke dalam neraka InsyaAllah seorangpun dari orang-orang yang mengikuti bai’at dibawah pohon, karena saat itu bai’atnya di bawah pohon, sempat pohonnya ini sering dikunjungi oleh sebagian kaum muslimin dizaman Umar bin Khattab akhirnya oleh Umar bin Khattab radhiallahu ta’ala ‘anhu dipotong/ditebas pohonnya khawatir terjadi fitnah disana, tidak akan masuk ke dalam neraka InsyaAllah seorangpun dari orang-orang yang melakukan bai’at dibawah pohon ini.

Maka seorang ahlussunnah mereka meyakini apa yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam termasuk diantaranya yang mengikuti bai’at tersebut adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Ali Bin Abi Thalib, maka sekali lagi bagaimana ada sebagian orang yang melaknat Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan atau meyakini bahwasanya mereka masuk kedalam neraka sementara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan tidak akan masuk ke dalam neraka.

كَمَا أَخْبَرَ بِهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم

Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

بَلْ لَقَدْ رَضَيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

Bahkan Allah subhanahu wata'ala telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah subhanahu wata'ala, karena Allah subhanahu wata'ala mengatakan dalam Al-Qur’an

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ
[Al-Fath:18]

Sungguh Allah subhanahu wata'ala telah ridha terhadap orang-orang yang beriman yang telah membai’at dirimu dibawah pohon.

وَكَانُوا أَكْثَرَ مِنْ أَلْفٍ وَأَرْبَعِ ماِئَة

Dan mereka saat itu lebih dari 1400 orang, sementara disana ada sebagian orang mengatakan seluruh para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam murtad kecuali hanya lima orang saja, yang membai’at disini lebih 1400 orang dan dikabarkan semuanya oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan masuk neraka orang-orang yang membai’at dibawah pohon insya Allah.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url