Halaqah 147: Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Para Sahabat (Bagian 2)

Halaqah yang ke-147 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqīdah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Beliau mengatakan rahimahullah

وَطَاعَةَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي قَوْلِهِ

Dan mentaati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di dalam ucapannya, طَاعَة disini diathafkan kepada سَلاَمَةُ ini termasuk ushul ahlussunnah wal jama’ah selamatnya hati mereka dan lisan mereka terhadap para sahabat dan termasuk ushul ahlussunnah wal jama’ah adalah mentaati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di dalam ucapannya, kita membersihkan lisan kita dan juga hati kita terhadap para sahabat karena kita ingin taat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam ucapan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي

Janganlah kalian mencela para sahabatku, yang dimaksud dengan sabb adalah syatn mencela dengan lisan merendahkan mereka mengucapkan ucapan yang jelek terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan لاَ تَسُبُّوا jangan kalian mencela, mengkhususkan أَصْحَابِي janganlah kalian mencela para sahabatku, sabb dan juga syatn ini bukan akhlak yang baik apalagi itu ditujukan kepada manusia-manusia yang terbaik yaitu generasi para sahabat radhiallahu ta’ala anhum. Jangan kalian mencela menunjukkan tentang larangan diharamkannya mencela menjelekkan para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ini adalah termasuk kekotoran di dalam lisan, kalau kita mendengar ada orang yang mencela para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka itu adalah lisan yang kotor (khobits).

Mungkin dia adalah seorang sahabat yang hanya disebutkan bahwasanya dia adalah seseorang, ja’a rajulun datang seseorang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kita tidak mengetahui namanya tapi dia adalah seorang sahabat kemudian membicarakan dan menghinakan seorang sahabat tadi maka ini adalah masuk di dalam larangan hadits ini meskipun kita tidak mengetahui namanya, baik mencela secara keseluruhan ataupun mencela individu.

Kalau mencela keseluruhan maka ini adalah sebuah kekufuran, seluruh sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dikatakan mereka adalah demikian dan demikian atau mereka adalah kafir maka ini bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam, tapi kalau mencela individu mereka satu diantara mereka maka terkadang celaan tersebut bukan karena dia adalah seorang sahabat tapi karena pribadi atau menilai dari sisi fisiknya atau dari sisi yang lain, tentunya ini adalah perkara yang besar meskipun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Maka seorang ahlussunnah wal jama’ah selamat lisan mereka dari mencela para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena mereka cinta kepada Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan ingin melaksanakan ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Kemudian beliau menyebutkan tentang kelanjutan dari hadits ini

فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِه

Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bersumpah dengan Dzat Allah subhanahu wata'ala menunjukkan bahwasanya yang akan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam sampaikan ini adalah perkara yang besar, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah ash-shadiqul masduq seandainya Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak bersumpah maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah ash-shadiqul masduq, ketika Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersumpah menunjukkan bahwasanya perkara yang akan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam sampaikan ini adalah perkara yang besar yang harus menjadi perhatian kita mengapa kita tidak boleh mencela para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak boleh menghinakan mereka, ada diantara mereka yang mungkin dulu adalah budak atau bukan termasuk qobilah yang mulia tapi kalau dia adalah seorang sahabat maka ini adalah kemuliaan, lihat kemuliaannya

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا

Seandainya salah seorang diantara kalian (كُمْ disini adalah kembali kepada kita, seandainya salah seorang diantara kita) menginfaqkan emas sebesar gunung uhud, gunung uhud ini adalah gunung yang ada di sebelah utara Kota Madinah dan dia memanjang, kalau misalnya itu di timbang entah berapa juta ton gunung tersebut, seandainya itu berupa emas kemudian salah seorang diantara kita menginfaqkan itu di jalan Allah subhanahu wata'ala dengan ikhlas, kalau tidak ikhlas ini pembicaraan lain, dari sisi kuantitas ini adalah jumlah yang sangat banyak dan itu berupa emas bukan banyak tapi dia berupa perak dan ini di infaqkan ikhlas karena Allah subhanahu wata'ala, ini tentunya pahala yang sangat besar.

Orang yang berinfaq dengan 1 kg emas saja ini adalah jumlah yang sangat besar, bagaimana dengan orang yang menginfaqkan 100 kg atau satu ton dan ini adalah berjuta-juta ton, dia infaqkan di jalan Allah subhanahu wata'ala dengan ikhlas entah berapa pahala yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada orang tersebut, jumlah yang sangat besar dan pahala yang sangat besar bagi orang tersebut, tapi lihat bandingkan dengan infaq dan juga shodaqoh yang dikeluarkan oleh salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلا نَصِيفَهُ

pahala yang didapatkan oleh salah seorang diantara kita yang berinfaq dengan emas sebesar gunung uhud tadi kalau dibandingkan dengan pahala yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Apabila salah seorang diantara mereka berinfaq ini tidak akan sampai 1 mud salah seorang diantara para sahabat, 1 mud ini adalah dua telapak tangan kalau di gabungkan jadi satu dengan telapak tangan yang pertengahan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, kalau beras 1 mud ini berarti 3/4 kilo beras kurang dari 1 kg.

Seandainya salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ada yang menginfaqkan 1 mud karena Allah subhanahu wata'ala maka pahala yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada sahabat tadi dengan shodaqoh yang sangat kecil dibandingkan dengan 1 gunung uhud emas ternyata pahala yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada sahabat tadi lebih besar daripada pahala yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada salah seorang diantara kita yang berinfaq dengan emas sebesar gunung uhud.

Ini menunjukkan ada sesuatu pada diri para sahabat radhiallahu ta’ala anhum yang tidak dimiliki oleh kita, diantaranya adalah mereka adalah orang-orang yang shadiqūn (benar) luar dan dalam mereka, mereka memiliki keikhlasan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh selain mereka dan mereka memiliki ittiba’ yang luar biasa kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepasrahan keinginan untuk mengikuti dan ikhlas karena Allah subhanahu wata'ala yang tidak dicampuri oleh sedikitpun riya sum’ah dan juga penyakit-penyakit hati, mereka memiliki iman yang sangat dalam didalam diri mereka, keyakinan kepada Allah subhanahu wata'ala keyakinan kepada hari akhir mereka tidak mendahului kita dengan banyaknya shalat banyaknya shodaqoh, banyak diantara mereka yang fuqara’.

Masing-masing diantara kita sekarang mungkin punya lebih dan berkilo-kilo beras di rumah, kalau ada diantara para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menginfaqkan mungkin setengah kilo atau tiga perempat kilo tapi mereka infaqkan karena Allah subhanahu wata'ala mengharap keselamatan di hari akhir ingin masuk ke dalam surga dengan sangat ikhlas mereka infaqkan apa yang mereka miliki, dia menginfaqkan 3/4 kg dan mungkin dia tidak memiliki dirumahnya kecuali hanya 1 kg misalnya tapi dia infaqkan dengan yakin dan keimanan yang dalam kepada Allah subhanahu wata'ala kepada hari akhir sehingga mereka pun mendapatkan pahala yang sangat besar dari Allah subhanahu wata'ala, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan

مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ

tidak sampai pada 1 mud yang diinfaqkan oleh seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bagaimana kita berani mencela dan meremehkan para sahabat, orang yang demikian keadaannya dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kita remehkan dan kita cela dan kita hinakan mereka. Ahlussunnah wal jama’ah menjaga lisan mereka dari mencela orang-orang yang demikian keadaannya dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, keutamaan yang besar dan kemuliaan yang besar yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada mereka bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan

وَلا نَصِيفَهُ

Bahkan tidak sampai separuh dari satu mud, jadi kalau tadi 1 mud beras adalah 3/4 dibagi dua berarti 3/8, bahkan tidak sampai setengah dari satu mud, pahala yang didapatkan salah seorang diantara kita dari berinfaq emas sebesar gunung uhud tidak sampai separuh dari 1 mud yang diinfaqkan oleh seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ini lebih dahsyat lagi.

Ada sebagian mengatakan bahwasanya satu mud disini adalah satu mud emas karena disini yang dibicarakan adalah emas dan ada yang mengatakan 1 mud makanan karena biasanya yang menggunakan mud ini adalah makanan (misalnya gandum, kurma, beras), dan tidak masalah seandainya ini adalah satu mud emas yang diinfaqkan oleh seorang sahabat dengan emas sebesar gunung uhud yang diinfaqkan oleh salah seorang diantara kita ini perbandingannya sudah sangat besar sekali, ternyata 1 mud emas yang diinfaqkan oleh seorang sahabat ditutup lebih besar apalagi kalau maksudnya disini adalah 1 mud dari makanan tentunya ini lebih menakjubkan lagi dan lebih dahsyat lagi. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url